Sabtu, 04 Mei 2013

Dialog Industri Musik Indonesia Sorot Pembajakan dan Musik Panggung

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) menggelar "Dialog Industri Musik" dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional pada 9 Maret. Ini merupakan dialog musik pertama pasca ditetapkannya 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dialog tersebut digelar pada Kamis (18/4) di Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta, dan akan ditindak lanjuti dengan pemberian Penghargaan Karya Bhakti Musik 2013 pada 24 April 2013. Dialog yang melibatkan para pekerja industri musik ini bertujuan mendiskusikan masa depan industri musik Indonesia, baik dalam bentuk digital maupun musik panggung. "Diharapkan tukar pikiran insan kreatif bidang musik, produser musik, pemerhati, penikmat dan pembuat kebijakan serta akademisi menemukan solusi untuk permasalahan industri musik Indonesia," kata Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ahman Sya. Menurut Ahman, genre di industri musik Indonesia sebetulnya sangat variatif dan kaya. Dari musik tradisional, aliran pop, rock, jazz, rock, dan blues, hingga metal bisa berkembang bersama-sama. Pasar musik pun sangat potensial. "Konser musik apa saja yang digelar selalu penuh dengan penonton, terutama konser musik asing yang selalu habis terjual tiketnya," paparnya. Sebanyak tiga topik yang dibahas dalam dialog tersebut, yakni masa depan industri musik Indonesia, proteksi copyright (hak cipta) di era digital, dan musik panggung sebagai lokomotif musik Indonesia. Hadir sebagai pembicara para insan musik Indonesia seperti Purwatjaraka, pemerhati musik Bens Leo, Iga Mawarni (PAPPRI), Azhar Hashim (Kemenkominfo), Agung Dharma Sasongko (KemenkumHAM), dan Dharma Oratmangun dari Karya Cipta Indonesia. Acara juga diisi penampilan musik dari Gugun Blues Shelter. Bens Leo menilai, saat ini budaya musik sudah tidak dibatasi lagi oleh lokal atau bukan. "Ini menunjukkan Kemenparekraf juga memberi ruang untuk musik independen dengan mensponsori musisi yang tampil ke luar. Bahkan sampai ada boyband Indonesia yang bisa tampil di Korea dan memenangkan penghargaan di sana, itu menunjukkan ada sesuatu yang kuat dari Indonesia," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar